BERITA SUMEDANG – Profesi petani harus ada regenerasi. Jika tidak, bukan mustahil profesi petani ke depan akan tinggal kenangan dan hanya dongeng belaka.
Kalau pun ada yang masih bertahan, jumlahnya sangat sedikit dan posisinya terbalik menjadi kaum minoritas. Kelompok minoritas itu pun didominasi masyarakat petani lansia (lanjut usia).
Bukan tak mungkin, keberadaan petani nantinya seperti barang langka.
Jika kondisinya seperti itu, Indonesia termasuk Jawa Barat khususnya Kabupaten Sumedang, mungkin nanti masyarakatnya tak lagi disebut mayoritas petani bahkan tak lagi dikenal sebagai negara atau daerah agraris.
Mata pencaharian masyarakatnya pun, bukan lagi sebagai petani, melainkan buruh pabrik industri, orang kantoran, pedagang atau penyedia jasa.
Padahal, pertanian dengan profesi petaninya merupakan warisan nenek moyang secara turun temurun bahkan sudah menjadi budaya masyarakat
Oleh karena itu, Wakil Bupati Sumedang Erwan Setiawan mengajak para pemuda di Kabupaten Sumedang untuk mau menjadi petani dan tidak gengsi menekuni profesi tersebut.
Apalagi, petani merupakan profesi mulia karena bisa menghasilkan beras untuk makan orang banyak. “Kalau tidak ada yang mau bertani, apa yang akan kita konsumsi nanti,” kata Erwan.
Ia katakan itu, pada “Persiapan Teknis Pelaksanaan Program Petani Milenial” di Pendopo Kecamatan Darmaraja, Kamis (24/2/2022) lalu.
Menurut dia, untuk mempertahankan profesi tersebut, perlu regenerasi para petani. Oleh karena itu, dirinya sangat mendukung dilaksanakannya program Petani Milenial.
“Saya sering melihat para petani yang masih bekerja di sawah.Padahal, sudah memasuki umur sepuh. Sedangkan para pemudanya, tidak ada. Saya harap, program ini jangan hanya acara seremonial, tetapi harus betul-betul mencetak para petani milenial,” ujarnya.
Erwan mengatakan, di masa sulitnya mencari pekerjaan, para pemuda Kabupaten Sumedang, khususnya yang terdampak Bendungan Jatigede, agar mau bekerja menjadi petani di desanya. “Jangan jauh-jauh mencari kerja di kota. Lahan pertanian kita masih luas. Jangan gengsi untuk bertani,” tuturnya.
Ia meyakini jika profesi petani ditekuni secara sabar dan serius, bisa menjajikan untuk kehidupan, ketimbang mencari pekerjaan di kota yang belum jelas. “Saya mengajak kepada para pemuda mari kita menjadi petani ilenial yang tinggal di desa tapi rezeki kota,” kata Wabup Erwan.
Lebih jauh ia menjelaskan, apalagi sektor pertanian merupakan salah satu penyumbang terbesar bagi PDRB di Kabupaten Sumedang. Oleh karena itu, perlu berbagai terobosan dan inovasi yang lebih kreatif, intregratif dan kolaboratif untuk meningkatkan daya sektor pertanian di Kabupaten Sumedang.
Dirinya tak ingin lahan pertanian yang ada menjadi lahan mati karena tidak dimanfaatkan atau tidak ada yang menggarapnya. “Ini perlunya kita memberikan pemahaman agar para pemuda berkesinambungan di sektor pertanian ini. Jangan sampai kelaparan di daerah kita sendiri yang subur pertaniannya,” ujarnya.
Asisten Sekretaris Daerah Bidang Perekonomian dan Pembangunan Hilman Taufik Wijaya Somantri mengatakan, program petani milenial merupakan tindak lanjut dari sosialisasi yang telah dilaksanakan di Kabupaten Sumedang.
“Ini programnya Gubernur Jawa Barat yang sudah dimulai sejak tahun 2021. Namun, tahun 2022 ada perubahan sistem. Yang semula, petani milenial ini merupakan domainnya Provinsi Jawa Barat, kini kabupaten/kota se-Jawa Barat dilibatkan dalam prosesnya,” ucapnya.
Pelibatan pemerintah daerah kabupaten/kota, lanjut dia, dari mulai tahapan indentifikasi lahan milik desa atau lahan pemerintah yang tidak produktif, hingga penentuan peserta yang akan dilatih menjadi petani milenial.
“Sedangkan tahapan pelatihan, permodalan, pemagangan dan penerima hasil merupakan domain Provinsi Jawa Barat. Jadi program Petani Melenial ini dari hulu sampai hilirnya sudah disiapkan,” katanya.
Hilman menyebutkan, sasaran kegiatan Petani Milenial, DTKS (Daftar Terpadu Kesejahteraan Sosial) di 50 desa yang tersebar di 6 kecamatan, sekitar Bendungan Jatigede.
“Mudah-mudahan jumlah masyarakat miskin akan berkurang dengan pendekatan program Petani Milenial ini,” ucapnya.
Sementara itu, Pimpinan Bank bjb Cabang Sumedang Achmad Djuansah mengatakan, untuk permodalan, banyak program sistem pertanian, perikanan dan peternakan yang disiapkan dengan sistem off-taker untuk program Petani Milenial tersebut.
“Sistem off-taker ini tidak dimintakan kolekteralnya, jaminannya. Tapi ada satu penjamin yaitu perusahaan yang memang nanti menjamin dari hulu sampai hilir. Ini sudah dilaksanakan di daerah Tanjungsari. Pola seperti ini bisa sampai Rp. 500 juta dengan KUR,” katanya. (Joe)***