BERITA SUMEDANG – Dalam Program 100 Hari Kerja Sektor Pertanian, Pemkab Sumedang akan fokus pada pemberdayaan buruh tani miskin melalui penyediaan lahan dan fasilitasi sarana produksi pertanian.
Pencanangan program langsung oleh Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir. Turut mendampingi Wakil Bupati M. Fajar Aldila dan Sekda Tuti Ruswati.
Pencanangan berlokasi di Demplot “Petapa Raja” (Pertanian Terpadu Rakyat Sejahtera) di Blok Cilimbangan, Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Sumedang Selatan, Senin, 19 Mei 2025.
Baca juga: Sumedang Jadi Daerah Unggulan Laboraturium Riset dan Inovasi Internasional
Program tersebut menjadi langkah nyata implementasi “STARBAK” (Satu Hektar untuk Bertani Bangkit) yang menjadi unggulan dalam 100 hari pertama kerja Bupati dan Wakil Bupati Sumedang.
Di lokasi tersebut sebanyak 20 buruh tani diberikan hak kelola atas 2 hektare tanah milik Pemda Kabupaten Sumedang.
“Selama ini bantuan pemerintah hanya menyasar petani pemilik lahan. Padahal, buruh tani juga punya keterampilan dan pengalaman. STARBAK hadir sebagai jawaban.
Baca juga: Petani dan Buruh Industri Tembakau Sumedang Dapat Program Perlindungan Tenaga Kerja tahun 2025
“Pemerintah memfasilitasi lahannya, bantu benih, pupuk, Alsintan hingga peternakan. Ini wujud keadilan sosial di sektor pertanian,” kata Dony
Ia juga menyampaikan, jika program itu berhasil, setiap buruh tani berpotensi memperoleh pendapatan hingga Rp3,8 juta per bulan, “Inilah gerakan nyata untuk menyejahterakan buruh tani yang selama ini terpinggirkan,” katanya.
Hasil pertanian dari demplot tersebut akan dikoneksikan dengan Koperasi Merah Putih yang memiliki fasilitas cold storage , gudang dan armada pengangkut untuk mempermudah distribusi dan pemasaran.
Baca juga: Sumedang Surplus Cabai, Petani Surplus Untung!
Dony juga membuka peluang kolaborasi dengan Koperasi Milenial Makmur Juara dari Sindulang Kecamatan Cimanggung yang berpengalaman mendampingi petani muda.
“Selama ini persoalan petani bukan hanya produksi, tapi pemasaran. Kita uji coba koperasi sebagai offtaker STARBAK agar hasil panen petani terserap maksimal,” ucapnya.
Aspirasi masyarakat
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Sumedang Sajidin menjelaskan, meski belum tercantum secara eksplisit dalam regulasi seperti Inmendagri No. 2 Tahun 2025 maupun Permendagri No. 86 Tahun 2017, program tersebut lahir dari aspirasi dan kebutuhan nyata masyarakat.
Baca juga: Wah Gawat! Kalau Tidak Ada Regenerasi, Petani akan Seperti Ini
“Dulu, mereka hanya buruh tani, kini diberi hak kelola dan dibina langsung. Ini bukan sekadar bantuan, tapi transformasi sosial berbasis desa,” ujarnya.
Demplot “Petapa Raja” mengusung konsep pertanian terpadu, menggabungkan budidaya tanaman hortikultura dengan peternakan.
“Lahan ditanami aneka sayuran seperti cabai, tomat, sosin, paksoy dan buncis. Lalu, ditunjang 26 ekor domba yang kotorannya dimanfaatkan sebagai pupuk organik,” tuturnya.
Baca juga: Sumedang Jadi Daerah Unggulan Laboraturium Riset dan Inovasi Internasional
Untuk mendukung produktivitas, lanjut dia, para buruh tani juga menerima bantuan dua unit cultivator , mesin pengolahan jagung, pipanisasi sepanjang 3 kilometer, dan penampungan air berkapasitas 5.000 liter.
Sajidin menambahkan, program tersebut bersifat bergulir. Artinya, bantuan hanya satu kali. “Kelanjutannya tergantung pada manajemen keuangan serta pola tanam yang disiplin dari kelompok tani,” tuturnya.
Pemkab Sumedang juga menggandeng BRIN Pusat Riset Hortikultura untuk uji tanah dan pengembangan varietas unggul. (Aje)***