Atas Izin Allah SWT, Ilmu dan Kesaktian Saciduh Metu Saucap Nyata Pangeran Mekkah, Tahu Sumedang Bisa Terkenal

Ilmu dan kesaktian saciduh metu saucap nyata Pangeran Aria Soeriaatmadja atau Pangeran Mekkah, dengan Izin Allah SWT, tahu sumedang bisa terkenal hingga sekarang. (Facebook.com)

BERITA SUMEDANG – Atas izin Allah SWT, ilmu dan kesaktian  “saciduh metu, saucap nyata” (ucapannya sakti dan nyata-red) yang disandang Pangeran Aria Soeriaatmadja atau yang dikenal Pangeran Mekkah, tahu sumedang jadi terkenal sampai sekarang ini.

Tahu sumedang bisa sangat terkenal hingga menjadi ciri khas,  brand hingga menjadi  ikon  kudapan Sumedang, sejarahnya dilatarbelakangi dengan ucapan Pangeran Mekkah yang mengatakan, “Tuluykeun usaha ieu, pasti bakal maju (teruskan usaha ini, pasti akan maju). Ucapan lainnya,  “Ngenah tahu teh, pasti bakal payu” (tahunya enak, pasti akan laku).

Wallohualam bisawab, sejak saat itu lah penjualan tahu sumedang terutama “Tahu Bungkeng” berangsur-angsur laku hingga mencapai puncaknya booming atau laris manis.

Tahu sumedang dengan kelezatan rasanya  sampai terkenal kemana-mana. Seiring berjalannya waktu, tahu sumedang kini menjadi ciri khas atau ikon kuliner Kabupaten Sumedang. Keterkenalannya, sejajar dengan dodol garut.

“Saya tidak menyangka, tahu Bungkeng bisa sebesar (seterkenal) ini. Yang saya tahu, tahu sumedang mulai ramai dan penjualannya laku keras hingga terkenal kemana-mana mulai tahun 1990. Waktu itu, tahu bungkeng pun ikut laris manis. Sejak saat itu lah, tahu menjadi ciri khas makanan Sumedang yang sangat terkenal, seperti halnya dodol garut,” tutur Suryadi cucu Ong Bun Keng di pusat produksi “Tahu Bungkeng” di Jalan Sebelas April No. 53 Sumedang, beberapa waktu lalu.

Sejarah sehingga Sumedang terkenal sebagai kota tahu, berawal dari ke pemimpinan Pangeran Aria Soeriaatmadja atau  Pangeran Mekkah sebagai bupati di masa Pemerintahan Belanda  tahun 1882- 1919 Masehi.

Pangeran Mekkah merupakan sosok pemimpin yang sangat kharismatik dimata rakyatnya. Setiap ucapannya selalu dituruti dan dilaksanakan oleh semua bawahan termasuk masyarakatnya. Bahkan setiap ucapannya selalu menjadi kenyataan.

Tak heran, pangeran yang satu ini disebut-sebut memiliki ilmu kebatinan yang luar biasa. Rakyatnya mengenal Pangeran Mekkah menyandang ilmu “saciduh metu, saucap nyata”.

Pangeran Mekkah pun sangat dekat dengan rakyatnya. Beliau sering menemui rakyatnya untuk mengetahui langsung keadaannya, keinginan, harapan termasuk keluh kesahnya. Ia juga mempunyai kebiasaan “Ngaronda” atau istilah sekarang sidak (inspeksi mendadak).

Sejarah tahu sumedang, berawal ketika Pangeran Mekkah berjalan-jalan menemui rakyatnya sekalian sidak di kawasan perekonomian di daerah Tegalkalong yang kini masuk wilayah Kecamatan Sumedang Utara.

Saat sedang berjalan-jalan, dari kejauhan ia mencium aroma makanan lezat yang menusuk hidungnya. Penasaran, ia pun menelusuri sumber dari aroma tersebut. Sampai lah Pangeran Mekkah ke sebuah toko kecil di Jalan Sebelas April, Tegalkalong yang menjadi sumber aroma tersebut. Toko kecil itu milik Babah Bungkeng (nama aslinya Ong Bun Keng), warga Sumedang keturunan Tionghoa atau Tiongkok.

Setelah melihat dari dekat, ternyata aroma itu berasal dari penggorengan tahu di toko Babah Bungkeng. Namun, Pengeran Mekkah belum tahu bahwa makanan itu adalah tahu. Apalagi tahu, makanan yang masih asing di Sumedang kala itu.

Saat itu, terjadi lah percakapan singkat antara Pangeran Mekkah dengan Babah Bungkeng. Kira-kira, seperti ini percakapannya. Pangeran Mekkah bertanya kepada Babah Bungkeng, “makananan apa itu”. Babah Bungkeng menjawab, “Togu”. Karena kenal yang datang Pangeran Mekkah pemimpin Sumedang yang kharismatik, spontan Babah Bungkeng menyuguhi pangeran dengan tahu yang baru digorengnya.

Pangeran Mekkah mencicipinya. Setelah dicicipi, rasanya sangat enak dan lezat. Sehabis mencicipi tahu, ia mengatakan kepada Babah Bungkeng, “Tuluykeun usaha ieu, pasti bakal maju (teruskan usaha ini, pasti akan maju).

Mendengar ucapan pangeran, betapa senang dan gembiranya Babah Bungkeng saat itu. Apalagi ucapan Pangeran Mekkah, selalu menjadi kenyataan.

Setelah tahunya dicicipi pangeran, berangsur-angsur penjualan tahu di toko Babah Bungkeng berkembang. Bahkan lama kelamaan penjualan tahunya laris manis. Tak hanya laku di Sumedang, melainkan sampai ke luar kota.

Melihat penjualan tahu sumedang di toko Babah Bungkeng maju, banyak para pedagang lainnya mengikuti jejaknya dengan berjualan tahu. Semakin maju lah usaha tahu sumedang kala itu, terutama “Tahu Bungkeng”.

Dari mulut ke mulut, masyarakat konsumen membicarakan lezatnya tahu Sumedang. Tak pelak, penjualan tahu di Sumedang “booming” hingga terkenal sampai ke luar kota. Usaha tahu sumedang merambah sampai ke beberapa daerah di Indonesia. Sejak saat itu lah, Sumedang terkenal sebagai kota tahu. (Joe/BeritaSumedang.com)***