ADA dua brand image tentang Sumedang yang terkenal luas masyarakat Indonesia. Dua brand image tersebut, yakni tahu sumedang dan Jalan Cadas Pangeran.
Ketika orang Indonesia sekali pun di titik terluar, seperti dari Papua, Aceh, Menado atau Lombok ditanya tentang Sumedang, jawaban pertamanya diyakini tahu sumedang. Jawaban kedua, Jalan Cadas Pangeran.
Membahas lebih jauh tentang jalan tersebut, tak afdol jika tak mengupas sepenggal sejarahnya.
Baca juga: Pasca Longsor Jalur Cadas Pangeran Pengendara Diimbau Tetap Waspada
Dikutip dari situs resmi Dinas Binamarga dan Tata Ruang Provinsi Jawa Barat, https://dbmtr.jabarprov.go.id, pada zaman Belanda, Jalan Cadas Pangeran bagian dari jaringan jalan raya pos (de grote postweg).
Jalan raya pos itu, membentang dari ujung barat sampai ujung timur Pulau Jawa, yakni dari Anyer, Banten sampai Panarukan di Banyuwangi, Jawa Timur, sepanjangnya 1.044 km.
Jalan tersebut dibangun zaman Belanda oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels (1808-1811).
Jalan tersebut memiliki dua jalur, yakni jalur atas atau jalan lama yang dibangun HW Daendels pada 1808.
Baca juga: Kaleidoskop 2021: Yana Cadas Pangeran Hebohkan Dunia Maya, Nyata dan Alam Gaib
Sedangkan jalur bawah atau jalan baru dibangun Bupati Sumedang pada masa penjajahan Belanja yakni Pangeran Aria Soeria Atmadja atau dikenal dengan nama Pangeran Mekkah pada tahun 1908.
Keterkenalan Jalan Cadas Pangeran, tak luput dari nilai-nilai sejarah yang memilukan pada masa itu. Sejarahnya diabadikan dengan sebuah patung Pangeran Kornel sedang berjabat tangan dengan HW Deandels memakai tangan kiri. Sementara tangan kanannya memegang keris pusakanya.
Patung bersejarah itu, sengaja ditempatkan di awal Jalan Cadas Pangeran dari arah Jatinangor ke Sumedang kota di wilayah Kecamatan Pamulihan.
Pangeran Kornel merupakan Bupati Sumedang kala itu dengan gelar Pangeran Kusumadinata IX (1791-1828),
Baca juga: Bupati akan Pasang Alat Deteksi Pergerakan Tanah Buatan Finlandia
Sikap Pangeran Kornel terhadap HW Deandels seperti itu, sebagai bentuk perlawanan heroik terhadap kekejaman dan kebengisan HW Deandels yang membangun Jalan Cadas Pangeran dengan sistem rodi atau kerja paksa.
Rakyat Sumedang dipaksa membangun jalan tersebut dengan membelah tebing cadas yang sangat keras dan curam dengan jurang yang dalam.
Pembangunan jalan bersejarah itu mengorbankan ratusan nyawa rakyat Sumedang yang gugur.
**
Ruas jalan itu, kini berada di jalur Jalan Raya Bandung-Cirebon yang menghubungkan Bandung – Sumedang – Majalengka hingga Cirebon.
Baca juga: Dikirim Ubi Busuk dan Tahu Basi! Bos Jalan Tol Jusuf Hamka: Kami Tak Berkecil Hati
Jalan tersebut, kini menjadi jalan straregis. Ruas jalan itu menjadi urat nadi perekonomian dan jalur perdagangan masyarakat Jawa Barat, umumnya di Pulau Jawa.
Setiap harinya, jalan tersebut dilewati berbagai kendaraan ringan maupun berat. Tingginya volume kendaraan yang lalu lalang, tak jarang menimbulkan kemacetan parah.
Longsor bebatuan besar
Kemacetan itu, selain pengaruh tingginya volume kendaraan, juga dipicu apabila terjadi longsor yang menimbun badan jalan.
Sebab, kawasan Jalan Cadas Pangeran termasuk daerah rawan longsor dan pohon tumbang. Bahayanya lagi, tak sekedar longsoran tanah, melainkan longsor bebatuan besar.
Baca juga: Penggenangan Bendungan Sadawarna Sengsarakan Warga Surian!
Bebatuan besar jatuh menggelinding dari arah tebing curam jalur Jalan Cadas Pangeran Atas (CPA) ke Jalan Cadas Pangeran Bawah (CPB).
Longsor bebatuan besar yang terakhir, terjadi di CPB KM.35+400, Sabtu, 29 Oktober 2022 lalu pukul 15.00. Bahkan bebatuan besar jatuh di saat cuaca cerah.
Bebatuan besar tersebut, jatuh dari arah tebing CPA hingga menimpa 2 mobil. Tak pelak, peristiwa itu mengakibatkan korban luka-luka sebanyak 5 orang yang mesti dilarikan le RSUD Sumedang.
Atas peristiwa tersebut, Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir menyingsingkan lengan baju untuk mencegah agar kejadian itu tak terulang kembali. Minimal bisa terdeteksi sebelumnya.
Baca juga: Tol Cisumdawu Ditargetkan Bisa Digunakan Seluruhnya, Lebaran Nanti
Alat pendeteksi pergerakan tanah
Seperti diberitakan sebelumnya, sebagai langkah antisipasi, Pemkab Sumedang akan memasang alat pendeteksi pergerakan tanah buatan Finlandia di sejumlah titik rawan bencana longsor, seperti di Cadas Pangeran dan kawasan Waduk Jatigede.
“Ini upaya pemerintah daerah untuk melindungi warganya dari kerawanan bencana alam,” kata Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir di Pamulihan, Sumedang, belum lama ini.
Alat buatan Finlandia itu, bisa menjadi EWS (early warning system/ sistem peringatan dini) longsor. Terlebih alat tersebut cukup canggih dengan menggunakan tekhnologi navigasi satelit.
“Dengan alat itu, bisa ketahuan kalau terjadi pergerakan tanah berpotensi longsor,” ujar Dony.
Baca juga: Ini Masjid Tertua di Sumedang, Menyimpan Sejarah Kelam Memilukan!
Dengan alat itu juga, lanjut dia, bisa menjadi acuan pemerintah untuk mengambil kebijakan dan langkah pencegahan terjadinya longsor yang bisa membahayakan keselamatan jiwa masyarakat.
“Contohnya di Jalan Cadas Pangeran. Ketika di tebing jalan tersebut terjadi pergerakan tanah, kami bisa langsung mengambil kebijakan.
Misalnya, kendaraan tidak boleh melewati jalan tersebut, khawatir pergerakan tanahnya menimbulkan longsor. Jadi, mencegah sebelum terjadi,” tuturnya.
Lebih jauh Bupati Dony menjelaskan, Pemkab Sumedang tahun ini, terlebih dahulu akan melakukan uji coba pemasangan alat tersebut di Jalan Cadas Pangeran.
Jika alat itu hasilnya akurat dan efektif, Pemkab Sumedang akan memasangnya di daerah rawan longsor lainnya.
Tim survey dari Finlandia
Sementara itu ditemui di kantornya, Camat Sumedang Selatan Marlina mengatakan, terkait rencana pemasangan alat pendeteksi pergerakan tanah di Jalan Cadas Pangeran, sebelumnya sudah disurvey langsung oleh tim dari Finlandia.
Tim itu dari unsur pemerintah, lembaga terkait termasuk pihak perusahaan alat pendeteksi pergerakan tanah Finlandia.
“Mereka mengecek langsung lokasi dan posisi longsor batu di ruas jalan tersebut. Apalagi kejadiannya disaat cuaca cerah,” ujarnya.
Mengingat baru survey awal, sehingga belum diketahui penyebab longsor bebatuan besar tersebut. Yang pasti, dari hasil survey itu, akan dilakukan pengkajian mendalam.
“Hasil kajian, nantinya akan disampaikan kepada bupati. Kapan hasil kajiannya selesai? belum tahu. Tentunya kajian itu membutuhkan waktu,” tutur Marlina.
Baca juga: Warga Sumedang Wajib Tahu, Sejarah Kerajaan Sumedang Larang!
Ia menambahkan, selain mengecek ke lokasi longsor di Jalan Cadas Pangeran, tim Finlandia juga sekalian mengecek lokasi rawan longsor lainnya di wilayah Kecamatan Cimanggung dan Desa Citengah Kecamatan Sumedang Selatan.
“Mr. Roy perwakilan dari Finlandia, sekalian mengecek lokasi longsor sebelumnya di Cimanggung dan Desa Citengah,” ucapnya.
Pembangunan drainase dan pelebaran jalan
Selain akan memasang alat pendeteksi pergerakan tanah, upaya pencegahan lainnya dengan membangun drainase (selokan) sekaligus pelebaran jalan.
Dari pantauan di lapangan, pembangunan drainase dan pelebaran jalan CPA itu, sepanjang 1,4 km. Untuk pelebarannya, kiri dan kanan jalan masing-masing selebar 1,2 meter. Dari lebar jalan sebelumnya hanya 4 meter yang hanya cukup satu mobil, kini menjadi 8 meter bisa dilalui kendaraan dari dua jalur.
Baca juga: Mau Tahu! Ini Tujuh Sumber Mata Air untuk Mencuci Benda Pusaka, Keraton Sumedang Larang
Pembuatan drainase dan pelebaran jalan CPA tersebut, bersumber dari anggaran pusat (Kementerian PUPR) yang diserahkan kepada kabupaten.
“Pembangunan drainase dan pelebaran jalan di CPA ini, sebetulnya permulaan untuk perbaikan jalan utama di jalan CPB. Sebab, tiang-tiang atau balok penyangga jalan CPB sudah banyak yang keropos,” kata salah seorang pengawas projek di CPA yang ditemui baru-baru ini. (Adang Jukardi/BeritaSumedang.com)***
: